Search

Tuesday, December 13, 2016

Tulisan Inspiratif Siswi SMA Ini Viral di Medsos, Orangtuanya Kaget

statusnya viral di media sosial, akun siswa sma ini diikuti ribuan orang
Afi Nihaya Faradisa
Status Facebook pemilik akun Afi Nihaya Faradisa mendadak viral di dunia maya.
Berbeda dari status remaja seusianya, status gadis yang akrab dipanggil Afi tersebut sangat inspiratif serta kritis. Salah satunya yaitu tentang keputusannya tidak menggunakan gadget selama beberapa hari.
Hingga berita ini ditulis, status yang diunggah pada 8 Desember 2016 pukul 17.47 WIB tersebut sudah dibagikan 27.678 kali dengan 4.600-an komentar.
Saat ditemui Kompas.com, Selasa (13/12), siswi kelas III SMA Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi, tersebut mengaku masih tidak percaya jika status-status di media sosial disebarkan oleh ribuan orang.
Afi sudah memiliki akun Facebook sejak kelas III SM. Namun, ia kembali aktif menulis di Facebook sejak Juli 2016 tentang kritik pada pendidikan di Indonesia.
"Sejak saat itu ribuan orang membagikan dan komentar di status saya. Sering enggak nyangka. Tapi yang viral luar biasa, ya status yang menceritakan pengalaman saya tidak menggunakan gadget. Banyak yang copy paste dan saya tidak mempermasalahkannya. Konsekuensi menulis di internet," kata gadis yang berjilbab tersebut.
Statusnya pernah disebarkan melalui Twitter musisi Addie MS. Lewat akun @addiems, komposer tersebut menulis, "Bangga sekali pd remaja Indonesia yg brilian ini. Bersikap kritis dan positif. Tulisan2nya amat menginsprasi. Bravo, Afi Nihaya Faradisa!"
Afi mengaku hanya memiliki akun Facebook dan tidak memiliki akun Twitter dan blog. Karena itu ia heran sebab banyak blog dan Twitter yang menggunakan foto, nama saya, dan status-status yang saya buat.
Saat ini akun Facebook Afi diikuti oleh 93.316 orang. Selain itu, perempuan kelahiran Banyuwangi 23 Juli 1998 tersebut juga pernah menulis status menyikapi tentang fenomena berita palsu alias hoax.
Pada status yang ditulisnya pada 29 November 2016 tersebut, Afi mengaku sebagai salah satu administrator grup pembongkar hoax terbesar di Indonesia.
"Saya ada admin yang paling muda usianya. Ada beberapa admin yang berlatar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Kami tidak pernah bertemu, tapi selalu berdiskusi di dunia maya lewat chating," kata dia.
Terkait keterlibatannya di grup tersebut, Afi mengaku ditawari oleh salah satu administrator dan langsung menerimanya. Ini menjadi pengalaman luar biasa bagi Afi.
"Saya bisa belajar karena di balik isu hoax ada kepentingan besar dan kita ini secara tidak sadar dimanfaatkan oleh kepentingan tersebut," jelasnya.
Sebagai administrator grup, Afi menggunakan akun Facebook yang berbeda, tidak menggunakan akun yang dipakainya sehari-hari.
Hal itu dilakukan untuk menghindari serangan-serangan dari orang yang tidak menyukai statusnya.
"Ada kawan saya yang ganti akun sampai 13 kali karena ada yang bobol," kata dia sambil tertawa.
Gadis yang aktif di kegiatan organisasi sekolah ini memiliki hobi membaca, khususnya buku-buku tentang pengembangan diri. Dia juga rajin menulis di buku harian.
Kepada Kompas.com, dia menunjukkan empat buku tulis tebal yang berisi catatan hariannya yang tertulis rapi. Ia masih menyimpan tulisan pertamanya pada Rabu 14 Mei 2015.
Afi mengaku bahwa buku harian tersebut berisi tentang perjalanan hidupnya dan setiap peristiwa yang ia alami. Semua ditulis detail di catatan itu.
Untuk menulis status di Facebook, Afi memanfaatkan ponsel Android milikya. Kalau menulis di laptop atau komputer, idenya justru tidak keluar.
"Sepanjang apa pun statusnya, ya saya ngetiknya pakai handphone.Biasanya saya menulis siang atau sore hari selepas sekolah," katanya.
Sejak statusnya viral di dunia maya, Afi terpaksa menonaktifkan pemberitahuan atau notifikasi pada akunnya. Maklum, bunyi notifikasi itu sangat mengganggu. Satu jam bisa ada ratusan pemberitahuan.
"Juga ada ribuan pesan yang belum terbaca karena terlalu banyak. Sedangkan saya ya hanya pakai handphone sederhana ini," katanya sambil menunjukkan ponsel berwarna hitam.
Afi adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya Wahyudi (46) bekerja sebagai penjual cilok di sekolah dekat dengan rumahnya.
Adapun ibunya Sumarti menderita Glukoma dan kehilangan penglihatan total sejak setahun terakhir sehingga dia lebih banyak beraktivitas di rumah. Mereka tinggal di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran.
Wahyudi, ayah Afi, sempat kaget ketika mengetahui status-status anak gadisnya. Dia baru mengetahui beberapa hari terakhir setelah rumahnya banyak didatangi oleh wartawan.
"Saya punya akun Facebook, tapi malah tidak berteman dengan anak saya. Baru berteman seminggu terakhir ini. Malah saya pernah diblokir, katanya biar saya enggak tahu statusnya. Saya kaget dan juga bangga," kata Wahyudi.
Menurut dia, aktivitas anak gadisnya sama dengan kegiatan anak-anak seusianya. Hanya saja, Afi lebih suka berdiam diri di dalam kamar dan membaca banyak buku.
Ia selalu berpesan pada putrinya untuk selalu membaca buku. Dia juga berharap Afi bisa melanjutkan sekolahnya hingga menjadi sarjana.
"Walaupun perekonomian kami rata-rata, tapi saya tetap meyakinkan Afi jika pendidikan adalah yang pertama. Semoga dia dapat beasiswa," harapnya.
Meski "terkenal" di dunia maya, tetangga dan kerabatnya sama sekali tidak menyadari bahwa yang mereka perbincangan adalah Afi yang mereka kenal.
"Ada yang bilang, 'Eh, ada yang nyuri fotomu buat akun Facebook. Kok kamu enggak marah? Saya cuma tertawa. Banyak yang mengira akun saya itu palsu, padahal ya saya sendiri yang nulis," jelas Afi.
Saat ini beberapa penerbit besar sudah menghubungi dan meminta agar Afi segera menerbitkan buku. Namun, Afi masih belum memutuskan karena masih konsentrasi dengan persiapan ujian akhir.
Dia juga tidak tahu harus menulis apa jika benar-benar akan membuat buku. Ia baru akan melakukannya setelah ujian.
"Mereka bilang tulisan apa saja terserah saya, tapi saya malah bingung. Memang cita-cita saya punya buku sendiri tapi malah bingung mau nulis apa. Mau biografi? Tidak menariklah, saya bukan arti artis atau orang terkenal," kata gadis yang bercita-cita menjadi guru Bahasa Inggris tersebut.

Sumber
Kompas.com
Share:

0 comments:

Post a Comment